Kamis, 01 Juli 2010

My Assignment (Paragraph)

This is my assignment in one my subject when I in the second semester, MPK B.Inggris. It's like an english subject in my campus..

Let's read and enjoy...

And please give me criticsm and suggestion for improvement.

Thanks.

Education Methods in Finland and Indonesia

Do you know the education method in Indonesia? How if we compare it with in Finland, the welfare state? Ya. Indonesia and Finland have different method of education. What the differences? The basic difference is in the way of teaching. In Finland, the teachers use the creative way which can attract the attention students and never give punishment to students. The teachers in Indonesia just use the basic way of teaching and sometimes they give punishment. Second, the character of teachers. Finland teachers use all of their ability to teach until the students can understand. Different in Indonesia, the teachers just to teach and don’t care whether students understand or not. The last is in the orientation. Finland take the process orientation. It refers to the collaboration of teachers and students in order to the students can understand and use it in real life. But, Indonesia use the result orientation. Student must understand in the end whatever the way. It affect them to cheat or use the wrong way to get good point. After we know the contrast of them, we can say that education methods in Finland is better than Indonesian. So, one day, I wish Indonesia can use the education methods of Finland to make this nation better.

Source :

http://smka-smr.sch.id/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=594

Kamis, 24 Juni 2010

Contoh Kasus Kekerasan Terhadap Anak dan Dampaknya (Part 5)

PERKELAHIAN ORANG TUA

Anak-anak diliputi perasan bersalah karena cara berpikir anak masih egosentris, menilai dari sudut pandangnya sendiri. Mereka cenderung menyalahkan diri sendiri bila orang tua mereka bertengkar.
Kasus:

  1. Suami Riris tak bisa mengendalikan emosi. Menampar, menjambak, menendang Riris kerap dilakukannya di hadapan anak-anak. Stelah peristiwa itu, biasanya si sulung Yasmin (8 th) mengusap wajah dan menghibur ibunya. Bila perlakukan ayahnya sudah kelewatan, Yasmin berteriak membela ibunya, sementara kedua adiknya bersembunyi saling berpelukan.
  2. Sambil uring-uringan mengomeli suami, Retha sering berteriak, “Dasar, laki-laki tak punya otak.” Bermacam hal membuat Retha tak pusa, dan sering memicu pertengkarang dengan suami. Anak-anak sering menyaksikan pertengkaran ini.

Dampak jangka pendek:

  • Anak-anak diliputi perasan bersalah karena cara berpikir anak masih egosentris, menilai dari sudut pandangnya sendiri. Mereka cenderung menyalahkan diri sendiri bila orang tua mereka bertengkar.
  • Anak-anak merasa diri sebagai penyebab setiap kali terjadi pertengkaran orang tuanya.
  • Dampak jangka panjang:
  • Merasa tidak aman.
  • Sulit percaya pada lawan jenis.

Orang tua diharapkan:

  • Minta bantuan psikolog untuk menggali masalah-masalah yang belum terselesaikan antara suami-isteri.
  • Menghindari pertengkaran di depan anak.

Bantuan untuk anak:

  • Jelaskan pada anak bahwa anak-anak bukan penyebab pertengkaran orangtuanya.
  • Bicaralah pada anak sesuai usianya. Jawab pertanyaan anak mengenai kondisi kelaurga dengan tidak menyertakan emosi, jangan menjelekkan pasangan, walaupun mungkin sudah memutuskan untuk bercerai.
  • Minta maaf pada anak kalau ia menjadi takut dan cemas dengan pengalaman melihat pertengkaran orangtuanya. Tegaskan bahwa walaupun kedua orangtua bertengkar atau berpisah tetapi mereka tetap mencintai anak.
  • Tetap memiliki pola asuh yang sama walau berpisah, sehingga anak tidak bingung dengan adanya aturan yang berbeda.

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/kasus.perkelahian.orang.tua/001/007/426/3 (diakses tanggal 28 november 2009 pukul 15.48)

Contoh Kasus Kekerasan Terhadap Anak dan Dampaknya (Part 4)

KEKERASAN EMOSI/VERBAL

Masa kanak-kanak adalah masanya meniru dan mulai tertanamnya norma-norma yang akan dia ikuti. Kata-kata dan perilaku kasar yang diterimanya, akan ditirunya.

Kasus:

  1. Ayu (29 th), sangat kreatif dalam menakut-nakuti Bisma (4 th). “Jangan main di kamar mandi, nanti digigit kecoa. Jangan keluar rumah sendirian, nanti diculik hantu blau. Ayo cepat tidur, nanti tokeknya datang, kamu digigir.”
  2. Nina (35 th) kerap meneriaki Dido (7 th). “Aduh, dasar bego! Sudah ratusan kali ibu bilang, kembalikan barang di tenpat semula! Bikin ibu darah tinggi.”
  3. Firdaus, kelas 1 SD, kerap pulang sekolah dengan perasaan sedih. Miss Yovita, gurunya, sering mengatainya pemalas, pelupa dan jorok saat Firdaus pilek.
  4. Bermaksud memotivasi anak, Meta sering mencela anaknya, “Memangnya kamu bisa? Kamu itu bisanya apa, sih? Ini nggak bisa, itu nggak bisa! Paling pintar nangis.” Meta juga sering mamarahi anaknya di tempat umum.

Dampak:

  • Masa kanak-kanak adalah masanya meniru dan mulai tertanamnya norma-norma yang akan dia ikuti. Kata-kata dan perilaku kasar yang diterimanya, akan ditirunya. Anak tidak lagi mengetahui mana tingkah laku yang tepat. Demikian pula pemberian ‘lebel akan tetap tertanam dalam dirinya, dan dapat menyebabkan ia memiliki konsep diri bahwa ia adalah anak seperti apa yang diakatakan orang padanya.
  • Anak merasa terancam, ketakutan, merasa bersalah, rendah diri karena terkikis harga dirinya.
  • Bila sering ditakut-takuti, anak menjadi penakut.

Bantuan untuk anak:

  • Bila terjadi di sekolah, bicarakan dengan kepala sekolah tentang sikap guru terhadap murid. Sementara itu orang tua harus meyakinkan anak bahwa ia sangat dicintai.
  • Orangtua atau orang dewasa lain di sekitar anak tidak lagi berlaku kasar padanya dan tunjukkan hal positif. Bila ia melakukan sesuatu yang baik berikan pujian secukupnya.
  • Ajak anak ke psikolog untuk pemeriksaan psikologis dan mendapat terapi yang sesuai.

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/kasus.kekerasan.emosiverbal/001/007/427/3 (diakses tgl 28 november 2009 pkl 15.46)

Contoh Kasus Kekerasan Terhadap Anak dan Dampaknya (Part 3)

KEKERASAN SEKSUAL

Biasa dilakukan orang dewasa terhadap anak. Bisa berdampak pada cedera fisik, cemas, depresi, trauma, perubahan fungsi dan perkembangan otak.

Kasus:

  1. Aditya, seorang pemuda belasa tahun yang ketahuan mengoleksi film porno di kamarnya, hamper seluruhnya berisi adegan seksual antara pria dengan pria. Dari psikolog, diperoleh jawaban sewaktu Aditya masih SD, ia mengalami perbuatan tak senonoh dari satpam penjaga rumah. Adit tak berani melapor karena ia diancam .
  2. Ibu Dira (5 th) menemukan celana dalam putrinya ‘kotor;. Dai ruang dokter, Dira menangis tak mau diperiksa. Akhirnya dokter berhasil menemukan penyebab sakitnya Dira: infeksi akibat hubungan seksual. Rupanya Dira dipaksa melakuakn hubungan seksual dengan tukang kebun di rumahnya, saat orang tuanya pergi.

Dampak: cedera fisik, cemas, depresi, trauma, perubahan fungsi dan perkembangan otak.

Orang tua diharapkan:

  • Biasakan bersikap terbuka terhadap anak dan menghargai kejujuran anak agar anak tidak takut bersikap terbuka.
  • Yakinkan anak, tak ada rahasia yang harus mereka sembunyikan. Minta anak selalu menceritakan pengalamannya.
  • Peka pada perubahan yang terjadi pada anak.

Bantuan untuk anak:

  • Melakukan pemeriksaan untuk menanggulangi masalah fisik.
  • Ajak anak berkonsultasi pada psikolog untuk mengetahui gangguan emosi yang dialami anak dan dilakukan terapi yang sesuai.
  • Jauhkan anak dari pelaku.
  • Ciptakan rasa aman bagi anak.

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/kasus.kekerasan.seksual/001/007/428/3 (diakses tgl 28 november 2009 pkl 15.44)

Contoh Kasus Kekerasan Terhadap Anak dan Dampaknya (Part 2)

Kekerasan fisik kerap kali tidak ada batas jelas antara menyiksa dan mendisiplinkan.
Kasus: Yani (30 th) sering menghukum‘kenakalan; anaknya yang bersusia 5 tahun. Bentuk kenakalan itu antara lain, menuang sabun di kamar mandi, tak mau makan, mengotori jemuran dan menganggu adik. “Kalau nakalnya di kamar mandi, ya saya pukul pakai gayung.
Kalau tak mau makan, saya pukul pakai sendok atau piring. Kalau menggangu adiknya, saya pukul pakai maiannya.” Menurut Yani, anak harus dihukum supaya jera dan tidak mengulangi perbuatan yang dilarang. Yani tak ingin disalhkan suami karena tak mampu mendidik anak.
Dampak fisik: Memar, luka, patah tulang terutama di daerah rusuk dan gangguan-gangguan di bagian tubuh lain seperti kepala, perut, pinggul, kelak di usia selanjutnya.
Dampak emosi:

  • Merasa terancam, tertekan, gelisah dan cemas.
  • Membangun pemahaman bahwa memukul dibenarkan untuk memberi disiplin. Di usia dewasa, anak akan menggunakan pendekatana kekerasan untuk mendisiplinkan anak.

Orang tua diharapkan:

  • Konsultasi pada psikologi untuk latihan mengelola emosi, menggali masalah suami siteri yang tidak selesai dan mempelajarai perkembangan anak.
  • Ajak anak ke dokter untuk memeriksakan kondisi fisik.
  • Pahami perkembangan anak. Di usia 5 hingag 8 tahun, anak sedang berada pad atahap ingin menunjukkan kemampuan, mereka ingin berekreasi. Tidak semua tindakan anak merupakan kenakalan, mereka tidak tahu bahwa tingkah lakunya salah atau kurang tepat.

Bantuan untuk anak:

  • Pemeriksaan psikologis oleh psikolog untuk mengetahui gangguan emosi yang dialaminya dan mendapat terapi yang sesuai.
  • Tumbuhkan kemabli rasa percaya diri anak. Terimalah apa yang mereka lakukan dengan tidak lupa memberitahu tindakan apa yang seharusnya dilakukan.
  • Bila orang tua bukan pelaku kekerasan, yakinkan anak bahwa ia sangat dicintai.

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/kasus.kekerasan.fisik.terhadap.anak/001/007/429/3 (diakses tgl 28 november 2009 pkl 15.42)

Contoh Kasus Kekerasan Terhadap Anak dan Dampaknya (Part 1)

PENGABAIAN
Kasus: Vira (24 th), punya anak tak lama setelah menikah. Ia merasa menjadi tawaan yang tidak bebas lagi berkumpul dengan teman-teman. “Real life tak seperti romantisme yang saya bayangkan. Kebebasan saya terampas,” ujarnya. Maka pengasuhan bayi sepenuhnya diserahkan pada baby-sitter. Vira sendiri selalu pulang tepat sebelum suaminya tiba di rumah, seolah seharian mengurus anak. Padahal, “Tidur, mandi, makan, susu, bahkan uang belanja harian dna bulanan, saya serahkan sepenuhnya pada baby-sitter. Saya tak mau tertawan.”
Dampak emosi: Secara alami, anak memilih ibu untuk melekat. Disekap, disentuh, dibelai dan dipeluk adalah kebutuhan utama bayi. dari pengalaman ini bayi menumbuhkan cinta di hati, membangun rasa percaya di dalam diri dan terhadap orang lain, dan yang utama adalah tumbuhnya rasa aman. Itu sebabnya anak-anak dengan riwayat diabaikan, berisiko mengalami masalah-masalah emosi bahkan kejiwaan:

  • Mudah cemas, depresi, sulit percaya pada orang lain dan merasa tidak aman.
  • Penelitian Dante Cicchetti, ahli psikopatologi dari University of Minessota (AS) menyebut, 80% bayi yang ditelantarkan menunjukkan perilaku kelekatan yang tidak jelas.
  • Di usia muda anak menolak dan melawan ppengasuhnya, bingung, gel;isah, atau cemas. Di usia 6 tahun, anak tidak bertingkah laku layaknya anak, ia ingin mendapat perhatian dengan cara melayani orang tuanya.

Dampak fisik: Asupan gizi yang tidak memadai.

Orang tua diharapkan: Konsultasi pada psikolog untuk mengkaji kembali perkawinanya dan untuk apa mempunyai anak, serta mengubah pola pikir.

Bantuan untuk anak oleh orang dewasa lain:

  • Periksa anak ke dokter untuk mengetahui tumbuh-kembangnya serta status gizinya.
  • Penuhi kebutuhan anak untuk menumbuhkan rasa percaya dan rasa aman.
  • Ajak anak bermain dna penuhi kebutuhan emosinya seperti diajak bicara atau dibelai, namun tetap mempertahankan sikap konsisiten, tidak cepat marah dan tidak memberi penilaian negatif pada sikap anak.

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/contoh.kasus.kekerasan.terhadap.anak.dan.dampaknya/001/007/430/3(diakses tgl 28 november 2009 pkl 15.40)

Selasa, 22 Juni 2010

Dinamika Politik Lembaga Eksekutif Indonesia 1999-2004

Dinamika politik lembaga eksekutif Indonesia 1999-2004 diwarnai oleh pergantian kepala eksekutif beserta kabinetnya, sehingga masa ini bisa dibagi berdasarkan kepala eksekutif, yaitu B.J Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono.

1. B.J Habibie (1 tahun 4 bulan 29 hari)

Dalam masa pemerintahannya, pemerintahannya terpengaruh oleh kasus yang berkaitan dengan tindakan orang-orang yang dekat dengannya. Mereka melakukan korupsi puluhan miliar rupiah hasil skandal Bank Bali dan diduga Habibie ikut terlibat. Kasus ini dinamakan Baligate.

Pada tahun 1999, dilaksanakan pemilu legislatif yang diikuti oleh 48 partai politik dan berlangsung pada masa 13 bulan pemerintahan Habibie. Tidak hanya itu, Sidang Umum MPR juga dilaksanakan pada tahun ini untuk memillih presiden dan wakil presiden. Dari sidang itu terpilihlah Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri.

2. Abdurrahman Wahid (1 tahun 9 bulan 3 hari)

Kabinetnya dinamakan Kabinet Persatuan Nasional. Pemerintahnnya diwarnai banyak konflik. Salah satunya adalah ketidakakuran Gus Dur dengan menteri-menterinya. Selain itu, terdapat pula kasus ”Buloggate” dan ”Bruneigate” yang menyeret namanya sebagai dalang.

Masalah Buloggate menyangkut penggunaan dana Yanatera Bulog sebesar Rp 35 miliar yang diduga disalahgunakan pemerintahan Gus Dur. Soewondo yang merupakan tukang pijat Gus Dur adalah tersangka di balik kasus ini. Menurut Wakil Kabulog, Sapuan (orang yang mengeluarkan dan Rp 35 miliar), Soewondo sering mengaku sebagai utusan Gus Dur. Dengan menjual nama Gusdur, Soewondo mengaku bisa mengubah nasib Sapuan menjadi Kepala Bulog asal bisa meluluskan permintaan Soewondo untuk memberi uang Rp 35 miliar.

Sedangkan masalah Bruneigate menyangkut bantuan Sultan Hasanal Bolkiah dari Brunei Darrusalam sebesar 2 juta dolar (setara dengan Rp 16 miliar) kepada Gus Dur.

Kedua kasus menyebabkan terbentuknya pansus (panitia khusus) yang bertugas untuk menyelidiki kasus ini. Pembentukan pansus tidak mendapat persetujuan dari Gus Dur karena tidak sesuai dengan UU No. 6 tahun 1954 tentang hak angket legislatif kepada eksekutif. Walaupun begitu, pansus terus-menerus menekan Gus Dur. Sampai dilaksanakanlah Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001 yang memutuskan untuk melengserkan Gus Dur yang tidak bersedia hadir pada sidang itu. Bahkan beliau berniat mengeluarkan suatu Dekrit Presiden untuk membubarkan MPR dan DPR, dengan alasan menghadiri Sidang Istimewa tersebut berarti bisa dianggap melanggar UUD 1945, sebab UUD 1945 mempergunakan sistem presidensial, bukan parlementer.

3. Megawati Soekarnoputri (3 tahun 2 bulan 27 hari)

Presiden Gus Dur kemudian digantikan oleh Sang Wakil Presiden, yaitu Megawati Soekarnoputri. Kemudian dalam Sidang Tahunan MPR 2001, Megawati Soekarnoputri diangkat menjadi presiden dan didampingi Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden.

Kabinetnya dinamakan Kabinet Gotong Royong. Para menteri bidang ekonomi dianggap telah memenuhi harapan pasar dan masyarakat, tetapi di bidang politik ditemukan sejumlah kelemahan karena ada sejumlah jabatan yang diisi figur yang kurang tepat. Seperti pada Menteri Pertahanan yang dipercayakan kepada Matori Abdul Djalil. Dia adalah tokoh yang konsen pada partai politik dan belum pernah terdengar konsepnya tentang pertahanan negara.

Seperti pemerintahan Presiden RI lainnya, pemerintahan Megawati juga diwarnai oleh kasus. Sukhoigate adalah kasus pembelian pesawat senilai Rp 1.571 triliun yang dilakukan Megawati tanpa menjalani prosedur yang berlaku dengan membicarakannya terlebih dahulu dengan DPR dan Dephan. Yang lebih menarik lagi, Megawati mengikuti prosedur kuno zaman orde baru dengan meminta bantuan Bulog. Akibatnya, Sukhoigate berkaitan dengan Buloggate. Padahal seharusnya Mega tidak boleh melibatkan Bulog karena Bulog berperan sebagai penyangga penstabilan harga pangan. Disinyalir Megawati melakukannya untuk mendapat dana hasil diskon atau potongan pembelian Sukhoi untuk digunakan sebagai dana Pemilu 2004.

3. Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004 – sekarang)

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, diadakanlah Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pertama yang diikuti oleh 5 pasang calon presiden dan wapresnya. Pemilu yang dilaksanakan selama dua putaran ini membawa Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat.

Kabinet yang dibentuk oleh mereka berdua bernama Kabinet Indonesia Bersatu. Dalam masa-masa awal, pemerintahan SBY-JK tidak fokus dan jauh dari harapan rakyat. Banyak kebijakan SBY direspon lambat oleh pembantu-pembantunya dan tingkat koordinasi masih belum berjalan tertib yang akhirnya merugikan kepentingan rakyat yang mendambakan perubahan.

Rujukan :

http://els.bappenas.go.id/upload/other/Wajah%20Kabinet%20Gotong%20Royong.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_Umum_Presiden_dan_Wakil_Presiden_Indonesia_2004

http://www.gatra.com/artikel.php?id=413

http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1999/08/25/0019.html

http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2000/09/12/0007.html

http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/02/24/0030.html

http://www.kapanlagi.com/h/0000048689.html

http://www.kbriwina.at/pemilu/sejarahpemilu/pemilu1999/index.html

http://www.pelita.or.id/cetakartikel.php?id=15470

http://www.tempointeraktif.com/share/?act=TmV3cw==&type=UHJpbnQ=&media=bmV3cw==&y=JEdMT0JBTFNbeV0=&m=JEdMT0JBTFNbbV0=&d=JEdMT0JBTFNbZF0=&id=MTU2ODI=